slot online terpercaya

IAIN LANGSA

IAIN Langsa
Zawiyah English Club Jalankan Program Pengabdian di Tampor Paloh

Aceh Timur (Humas) - Zawiyah English Club (ZEC) melaksanakan program Pengabdian sampai enam bulan ke depan, kegiatan tersebut dibuka pada april lalu, UKM-ZEC bersama Yayasan Anak Merdeka (YAMA) menjalin kerjasama di bidang Pendidikan mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Merdeka, Tampor Paloh. Dinamai dengan Rural School Program, kegitan yang tergolong ke dalam volunteering tersebut salah satunya bertujuan untuk mewujudkan konsep sekolah bilingual sebagaimana yang telah dicita-citakan Yayasan.

Zawiyah English Club menyatakan bahwa Rural School Program dilaksanakan sebagai bentuk perwujudan pengabdian sebagai salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi. Disamping itu, mengingat Tampor Paloh merupakan desa terpencil, program ini juga sebagai sarana partisipasi mahasiswa dalam mewujudkan Pasal 31 UUD 1945 bahwa setiap orang berhak atas pendidikan yang layak. Persoalan pemerataan pendidikan juga merupakan poin penting yang sudah terpenuhi dengan dilaksanakannya program ini.

Sekolah Merdeka adalah sebuah sekolah swasta sederhana di Desa Tampor Paloh, Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur. Sekolah yang berdiri di areal seluas sekitar 70 x 70 meter berada di daerah perbukitan sejauh 300 meter dari perkampungan. Lingkungan sekitar sekolah adalah bukit-bukit yang ditumbuhi padi dan tetumbuhan. Belum adanya listrik dan sinyal handphone menjadi salah satu bukti kesederhanaan sekolah ini. Hanya dua kali dalam seminggu warga Sekolah Merdeka merasakan suasana malam dengan terangnya lampu yang berasal dari tenaga genset, meskipun hanya sampai jam 9 malam. Begitu juga dengan rumah warga Tampor Paloh yang mayoritas bersuku Gayo, jika ingin merasakan lampu dan listrik pada malam hari maka harus rela menyisihkan sedikit uang untuk membeli bahan bakar genset.

Tampor Paloh adalah salah satu desa dari ratusan desa yang ada di Kabupaten Aceh Timur. Terletak di Kecamatan Simpang Jernih, Desa Tampor Paloh terdiri dari lebih kurang 120 Kepala Keluarga yang mayoritasnya bersuku Gayo. Akses termudah untuk mencapai Desa Tampor Paloh adalah 7 jam perjalanan menggunakan boat menyusuri sungai Tamiang dari Pelabuhan Kota Kualasimpang. Dengan rute itulah warga Tampor biasanya pergi-pulang berbelanja ke Kota Kualasimpang.

Adat dan Budaya Gayo masih terasa sangat kental di masyarakat, sangat terlihat dengan cara mereka menyambut tamu-tamu jauh. Akan selalu ada sambutan besar-besaran dengan tarian Saman dan Bines serta hidangan Sayur Asam Ikan Jurong. Namun, diduga karena keterpencilannya, mutu pendidikan di Tampor Paloh masih sangat rendah. Bukan karena ketidakinginan mereka menuntut ilmu, tetapi ketersediaan fasilitas dan SDM-lah yang menjadi kendala.

“Rural School Program diinisiasi oleh Founder kami, Bang Syahrial S.Pd. Ada beberapa maksud dan tujuan yang ingin kami gapai bersama melalui program ini. Ada target yang kita sepakati bersama dengan Yayasan untuk menjadikan Sekolah Merdeka sebagai sekolah bilingual. Setelah selesai program Rural School ini selama enam bulan, para siswa diharapkan akan mampu berbicara menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Meskipun berfokus pada pengajaran Bahasa Inggris, tim kami juga menerapkan sistem belajar seperti di pesantren dimana para siswa asrama juga belajar Tajwid, tadarus Alquran,  dan shalat berjamaah tepat waktu”, begitu penjelasan Saiful Maulana sebagai Presiden Zawiyah English Club sekaligus Manager Project dalam program Rural School saat ditemui di sekretariat ZEC.

Sampai saat berita ini diterbitkan, UKM-ZEC telah mengirim dua tim pengajar yang terdiri dari 3 orang per tim. Pada 1 April lalu, ZEC telah mengirim tim pertama yaitu: Syahrial, S.Pd, Nadia Ulfa dan Vegi Sulistiani. Lalu seiring dengan kepulangan tim pertama, ZEC kembali mengirim tim kedua pada Jumat (13/4) yang terdiri dari M. Rizky Faiturrahman, Herlin Zanna Esa Gea, S.Pd, dan Fitri Yana dan akan berada di Tampor selama dua minggu untuk kemudian digantikan dengan tim ketiga.

Dengan berjalannya program ini diharapkan dapat menimbulkan ide ide baru bagi mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam organisasi untuk merealisasikan Agent of Change seperti mana yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia.

“Program-program pengabdian selalu berimplikasi pada terbentuknya karakter mahasiswa yang mandiri, profesional, dan visioner. Pengalaman-pengalaman yang volunteer dapatkan dalam pengabdian menjadi bekal bagi mereka agar kemudian akan mereka terapkan dalam lingkungan mereka di masyarakat kelak. Dengan program ini kami ingin membentuk karakter “mahasiswa” bagi tim pengajar ZEC, mereka juga harus menyadari bahwa mahasiswa secara tidak langsung mengemban kewajiban untuk mengubah lingkungan mereka menjadi lingkungan yang madani. ”, ungkap Syahrial, S.Pd, inisiator Rural School.(Tim ZEC)