Kenakan Kain Sarung, IAIN Langsa Gelar Upacara Peringatan Hari Santri
Kota Langsa (Humas) – Sivitas Akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa menggelar upacara peringatan Hari Santri tahun 2019 di halaman gedung Biro kampus setempat pada Selasa (22/10/2019) pagi.
Berbeda dengan pelaksanaan upacara lainnya, pada upacara tersebut terlihat peserta upacara pria mulai dari Rektor, para Wakil Rektor, Dekan, pejabat lainnya sampai petugas kebersihan dan keamanan mengenakan kain sarung dan memakai peci.
Rektor IAIN Langsa Dr. H. Basri, MA saat membacakan amanat Menteri Agama RI menyebutkan, pesantren merupakan laboratorium perdamaian, menurutnya ada beberapa hal mendasar kenapa pesantren disebut sebagai laboratorium perdamaian, Pertama; Kesadaran harmoni beragama dan berbangsa. Perlawanan kultural di masa penjajahan, perebutan kemerdekaan, pembentukan dasar negara, tercetusnya Resolusi Jihad 1945, hingga melawan pemberontakan PKI misalnya, tidak lepas dari peran kalangan pesantren. Sampai hari ini pun komitmen santri sebagai generasi pecinta tanah air tidak kunjung pudar. Sebab, mereka masih berpegang teguh pada kaidah hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman).
Kedua; Metode mengaji dan mengkaji. Selain mendapatkan bimbingan, teladan dan transfer ilmu langsung dari kiai, di pesantren diterapkan juga keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab, bahkan sampai kajian lintas mazhab. Tatkala muncul masalah hukum, para santri menggunakan metode bahsulmasail untuk mencari kekuatan hukum dengan cara meneliti dan mendiskusikan secara ilmiah sebelum menjadi keputusan hukum. Melalui ini para santri dididik untuk belajar menerima perbedaan, namun tetap bersandar pada sumber hukum yang otentik.
Ketiga; Para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian).lni merupakan ruh dan prinsip loyalitas santri yang dibingkai dalam paradigma etika agama dan realitas kebutuhan sosial.
Keempat; Pendidikan kemandirian, kerja sama dan saling membantu di kalangan santri. Lantaran jauh dari keluarga, santri terbiasa hidup mandiri, memupuk solidaritas dan gotong-royongsesama para pejuang ilmu.
Kelima; Gerakan komunitas seperti kesenian dan tumbuh subur di pesantren. Seni dan sastra berpengaruh pada perilaku seseorang, sebab mengekspresikan perilaku yang mengedepankan pesan keindahan, harmoni dan kedamaian.
Adapun alasan yang Keenam adalah Lahirnya beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius. Dialog kelompok membentuk santri berkarakter terbuka terhadap hal-hal berbeda dan baru.
Ketujuh:, Merawat khazanah kearifan lokal. Relasi agama dan tradisi begitu kental dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pesantren menjadi ruang yang kondusif untuk menjaga lokalitas di tengah arus zaman yang semakin pragmatis dan materialistis.
Kedelapan; Prinsip Maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren. Tidak ada ceritanya orang-orang pesantren meresahkan dan menyesatkan masyarakat. Justru kalangan yang membina masyarakat kebanyakan adalah jebolan pesantren, baik itu soal moral maupun intelektual.
Kesembilan; Penanaman spiritual. Tidak hanya soal hukum Islam (fikih)yang didalami, banyak pesantren juga melatih para santrinya untuk tazkiyatunnajs, yaitu proses pembersihan hati. Ini biasanya dilakukan melalui amalan zikir dan puasa, sehingga akan melahirkan fikiran dan tindakan yang bersih dan benar. Makanya santri jauh dari pemberitaan tentang intoleransi, pemberontakan, apalagi terorisme.
Upara peringatan Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober ini berlangsung khitmad dan diikuti oleh pimpinan Rektorat, Dekan, dosen dan pegawai lainnya serta Maha Santri Ma’had Al Jamiáh kampus setempat.(Syahrial)